Selasa, 23 Desember 2008

Sungai Musiku Kini

Sungai Musi yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan, di zaman kerajaan Sriwijaya (Sriwijaya Kingdom) merupakan urat nadi kehidupan masyarakat Sumsel. Bahkan hingga zaman penjajahan Belanda dan sampai saat ini masih menjadi urat nadi perekonomian masyarakat setempat. Selain sebagai jalur transportasi, air sungainya digunakan sebagai bahan baku perusahaan air bersih untuk melayani kebutuhan air bersih 1,5 juta penduduk Kota Palembang. Sungai Musi juga merupakan sumber protein ikan. Berbagai jenis ikan dan udang dapat ditangkap dari sungai ini. Kata kakek saya, di tahun 1970 udang galah (Satang) masih mudah sekali menangkapnya. Bahkan ikan jenis patin (Catfish) atau Pangasius, dengan mudah didapati dengan pancing dan jaring. Namun saat ini, dua jenis ikan itu sudah sulit didapat. Meskipun ada hanya yang keccil-kecil saja sedangkan besarnya jarang sekali ditemui. Hal ini disebabkan penangkapan yang dilakukan nelayan setempat tidak memandang besar kecil semuanya diambil. Bahkan penangkapan ikan dengan cara distrum merajalela mulai dari hulu sampai ke hilir. Penyetruman ikan tidak hanya dilakukan di sungai musi tetapi di seluruh anak-anak sungai yang mengalir ke sungai musi. Hampir di seluruh wilayah Sumsel, baik di rawa, anak sungai sampai lebak-lebak distrum masyarakat. Akibatnya, anak-anak ikan dan telurnya mati sebelum sampai waktunya menetas atau membesar. Kondisi ini diperparah lagi dengan bermacam jenis polutan yang dibuang masyarakat melalui rumah tangga dan pabrik-pabrik yang ada di sepanjang sungai. Sementara upaya ril dari pemerintah untuk memperbaikinya masih sangat kecil sekali. Tidak ada penaburan benih ikan di sungai yang sudah mulai punah tersebut.
Aku khawatir jika kondisi ini dibiarkan tanpa ada solusi nyata dapat mengakibatkan habitat di sungai Musi akan hilang dan tinggal kenangan saja. Sebab saat ini saja sudah banyak jenis atau spesies ikan tertentu yang langka tidak ditemukan lagi. Misalnya untuk jenis Belida, Arwana, Betutu, Tapa dan Patin sungai jarang ditemukan.
Sebagai pemancing mania aku menyesali kenyataan yang ada. Aku mau menjerit tetapi jeritan aku tidak didengar. Aku mau melakukan yang bermanfaat bagi sungaiku tapi tak akan banyak membantu jika semua orang tidak peduli. Aku lihat puluhan ton sampah baik sampah organik maupun sampah kimia dibuang warga ke sungai menjadi pemandangan yang tidak enak. Meskipun Pemkot Palembang mengerrahkan ratusan pekerja kebersihannya, tetapi tetap saja sampah-sampah itu tidak bisa dibersihkan habis sebab hari ini dibersikan, besok datang lagi. Belum lagi sampah dari daerrah kabupaten lainnya yang ada di sepanjang alirasn Sungai Musi.
Aku ingin sekali sungaiku bersih dan habitatnya banyak. Aku rasa apa yang aku ingin juga keinginan semua. Tetapi mengapa masyarakat masih buang sampah sembarangan. Wahai warga Palembang dan Sumsel, mari kita selamatkan sungai kita dari kerusakan oleh kita sendiri. Mulailah sejak sekarang jangan menunggu lagi, minimal kita tidak buang sampah sembarangan apalagi ke sungai. Sungailah yang memberikan kebutuhan air bersih kita sejak zaman kerajayaan sriwijaya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar