MUNGKIN tidak banyak warga yang mengetahui ada cacing sepanjang 1,5 meter. Tetapi bagi hobies mancing di kawasan Tanjung Apiapi, cacing panjang ini merupakan menu utama atau umpan utama untuk mendapatkan berbagai jenis ikan laut dan sungai di kawasan Banyuasin khususnya Sungai Musi di Tanjung Apiapi.
Cacing nipah ini bisa didapati dengan membelinya pada warga di Desa Tanjung Lago, Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin dekat Jembatan PU. Di sini hampir sebagian warga menjadikan mata pencahariannya mencari cacing nipah. Cacing ini kemudian dijual kepada maniak mancing dengan harga yang paling besar dan panjang Rp 10.000 per ekor dan yang pendek karena putus saat mengambilnya, masih bisa dibeli dengan harga berkisar antara t3 ekor Rp 20.000 atau Rp 5.000 sampai Rp 7.500 perr ekor.
Kalau kita mau memancing dengan perahu ketek (pongpong) nelayan di jembatan PU Tanjung Lago, maka warga langsung datang menawarkan cacing nipah. Mengapa Cacing Nipah ini menjadi andalan pemancing. Karena selain baunya amis, cacing ini juga banyak darahnya sehingga ikan sembilang, bedukang, belut, duri, pari, kepala batu (gelamo) dengan mudah mencium baunya sehingga umpan cacing ini cepat sekali dimakan ikan.
Menurut warga di Desa Tanjung Lago Banyuasin Jembatan PU, caacing ini mereka mencarinya di kawasna hutan nipah. Khususnya pada pelepah nipah yang membusuk dan sudah terendam dalam lumpur. Tapi menangkapnya harus hati-hati karena kalau tidak akan putus sehingga yang didapati bagian ekor saja sedangkan bagian badan dan kepalanya masuk lumpur. Karena banyak ditemui di pohon nipah maka cacing ini dikenal warga dengan nama cacing nipah. Jika lagi musim air laut pasang tinggi seperti bulan Desember sampai Pebruari cacing nipah akan sulit didapati karena banyak areak pohon nipah itu terendam air sehingga susah mengenali sarangnya. (tarso)
Rabu, 07 Januari 2009
Selasa, 23 Desember 2008
Sungai Musiku Kini
Sungai Musi yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan, di zaman kerajaan Sriwijaya (Sriwijaya Kingdom) merupakan urat nadi kehidupan masyarakat Sumsel. Bahkan hingga zaman penjajahan Belanda dan sampai saat ini masih menjadi urat nadi perekonomian masyarakat setempat. Selain sebagai jalur transportasi, air sungainya digunakan sebagai bahan baku perusahaan air bersih untuk melayani kebutuhan air bersih 1,5 juta penduduk Kota Palembang. Sungai Musi juga merupakan sumber protein ikan. Berbagai jenis ikan dan udang dapat ditangkap dari sungai ini. Kata kakek saya, di tahun 1970 udang galah (Satang) masih mudah sekali menangkapnya. Bahkan ikan jenis patin (Catfish) atau Pangasius, dengan mudah didapati dengan pancing dan jaring. Namun saat ini, dua jenis ikan itu sudah sulit didapat. Meskipun ada hanya yang keccil-kecil saja sedangkan besarnya jarang sekali ditemui. Hal ini disebabkan penangkapan yang dilakukan nelayan setempat tidak memandang besar kecil semuanya diambil. Bahkan penangkapan ikan dengan cara distrum merajalela mulai dari hulu sampai ke hilir. Penyetruman ikan tidak hanya dilakukan di sungai musi tetapi di seluruh anak-anak sungai yang mengalir ke sungai musi. Hampir di seluruh wilayah Sumsel, baik di rawa, anak sungai sampai lebak-lebak distrum masyarakat. Akibatnya, anak-anak ikan dan telurnya mati sebelum sampai waktunya menetas atau membesar. Kondisi ini diperparah lagi dengan bermacam jenis polutan yang dibuang masyarakat melalui rumah tangga dan pabrik-pabrik yang ada di sepanjang sungai. Sementara upaya ril dari pemerintah untuk memperbaikinya masih sangat kecil sekali. Tidak ada penaburan benih ikan di sungai yang sudah mulai punah tersebut.
Aku khawatir jika kondisi ini dibiarkan tanpa ada solusi nyata dapat mengakibatkan habitat di sungai Musi akan hilang dan tinggal kenangan saja. Sebab saat ini saja sudah banyak jenis atau spesies ikan tertentu yang langka tidak ditemukan lagi. Misalnya untuk jenis Belida, Arwana, Betutu, Tapa dan Patin sungai jarang ditemukan.
Sebagai pemancing mania aku menyesali kenyataan yang ada. Aku mau menjerit tetapi jeritan aku tidak didengar. Aku mau melakukan yang bermanfaat bagi sungaiku tapi tak akan banyak membantu jika semua orang tidak peduli. Aku lihat puluhan ton sampah baik sampah organik maupun sampah kimia dibuang warga ke sungai menjadi pemandangan yang tidak enak. Meskipun Pemkot Palembang mengerrahkan ratusan pekerja kebersihannya, tetapi tetap saja sampah-sampah itu tidak bisa dibersihkan habis sebab hari ini dibersikan, besok datang lagi. Belum lagi sampah dari daerrah kabupaten lainnya yang ada di sepanjang alirasn Sungai Musi.
Aku ingin sekali sungaiku bersih dan habitatnya banyak. Aku rasa apa yang aku ingin juga keinginan semua. Tetapi mengapa masyarakat masih buang sampah sembarangan. Wahai warga Palembang dan Sumsel, mari kita selamatkan sungai kita dari kerusakan oleh kita sendiri. Mulailah sejak sekarang jangan menunggu lagi, minimal kita tidak buang sampah sembarangan apalagi ke sungai. Sungailah yang memberikan kebutuhan air bersih kita sejak zaman kerajayaan sriwijaya. (*)
Aku khawatir jika kondisi ini dibiarkan tanpa ada solusi nyata dapat mengakibatkan habitat di sungai Musi akan hilang dan tinggal kenangan saja. Sebab saat ini saja sudah banyak jenis atau spesies ikan tertentu yang langka tidak ditemukan lagi. Misalnya untuk jenis Belida, Arwana, Betutu, Tapa dan Patin sungai jarang ditemukan.
Sebagai pemancing mania aku menyesali kenyataan yang ada. Aku mau menjerit tetapi jeritan aku tidak didengar. Aku mau melakukan yang bermanfaat bagi sungaiku tapi tak akan banyak membantu jika semua orang tidak peduli. Aku lihat puluhan ton sampah baik sampah organik maupun sampah kimia dibuang warga ke sungai menjadi pemandangan yang tidak enak. Meskipun Pemkot Palembang mengerrahkan ratusan pekerja kebersihannya, tetapi tetap saja sampah-sampah itu tidak bisa dibersihkan habis sebab hari ini dibersikan, besok datang lagi. Belum lagi sampah dari daerrah kabupaten lainnya yang ada di sepanjang alirasn Sungai Musi.
Aku ingin sekali sungaiku bersih dan habitatnya banyak. Aku rasa apa yang aku ingin juga keinginan semua. Tetapi mengapa masyarakat masih buang sampah sembarangan. Wahai warga Palembang dan Sumsel, mari kita selamatkan sungai kita dari kerusakan oleh kita sendiri. Mulailah sejak sekarang jangan menunggu lagi, minimal kita tidak buang sampah sembarangan apalagi ke sungai. Sungailah yang memberikan kebutuhan air bersih kita sejak zaman kerajayaan sriwijaya. (*)
Kamis, 18 Desember 2008
Palembangku Kini
Palembang sebuah kota metropolitan ibu kota Provinsi Sumatera Selatan Inddonesia. Kota Palembang dibelah Sungai Musi menjadi dua bagian, bagian ilir (hilir) dan bagian Ulu (Hulu). Sebelum tahun 2006 Palembang dikenal dengan kota terjorok di Indonesia. Namun berkat kegigihan pemerintah dan masyarakatnya status kota terjorok berrubah 180 derajat yakni menjadi kota terbersih versi Kementrian Lingkungan Hidup dan mendapat dua kali piala Adipura dengan kriterria terbersih peringkat pertama untuk kota metropolitan.
Bukan itu saja, di tahun 2008 Palembang dianugerahi tropi Asean Award untuk kategori Kota Bersih berwawasan lingkungan yang bekelanjutan (Asean Suitable Enviromentally City) oleh pantia Adipura tingkat Asean di Thailand Bangkok.
Kondisi ini mencengangkan banyak pihak, termasuk sebagian masyarakat Palembang sendiri masih kurang yakin dengan sejumlah penghargaan tersebut. Tetapi itulah kenyataannya, Kota Palembang kini semakin dikenal di kancah interrnasional. Bahkan di bawah kepemimpinan Walikota dua priode tahun 2003-2008 dan 2008-2013, yakni Ir H Eddy Santana Putra MT, Kota Palembang memvisikan diri sebagai Kota Bertaraf Internasional Sejahtera dan Religius.
Meskipun saat ini konsep dan standar internasional masih harus dikaji lebihj lanjut, namun cikal bakal Palembang Kota Inernasional sudah ditabuh dan disemai dalam setiap jiwa masyarakat Palembang. Good Luck Palembang.
Bukan itu saja, di tahun 2008 Palembang dianugerahi tropi Asean Award untuk kategori Kota Bersih berwawasan lingkungan yang bekelanjutan (Asean Suitable Enviromentally City) oleh pantia Adipura tingkat Asean di Thailand Bangkok.
Kondisi ini mencengangkan banyak pihak, termasuk sebagian masyarakat Palembang sendiri masih kurang yakin dengan sejumlah penghargaan tersebut. Tetapi itulah kenyataannya, Kota Palembang kini semakin dikenal di kancah interrnasional. Bahkan di bawah kepemimpinan Walikota dua priode tahun 2003-2008 dan 2008-2013, yakni Ir H Eddy Santana Putra MT, Kota Palembang memvisikan diri sebagai Kota Bertaraf Internasional Sejahtera dan Religius.
Meskipun saat ini konsep dan standar internasional masih harus dikaji lebihj lanjut, namun cikal bakal Palembang Kota Inernasional sudah ditabuh dan disemai dalam setiap jiwa masyarakat Palembang. Good Luck Palembang.
Langganan:
Postingan (Atom)